Selasa, 12 Juli 2011

fairytale : part 22 "best"

suasana rumah yang hening membuat gue bosan, ko morgan yang selalu sibuk dengan games nya, mama dan papa yang masih di london ngurusin pekerjaan mereka , belum lagi matahari yang terik menerpa kulit gue yang sudah hampir menjadi "hitam" ini . handphone gue pun berbunyi memecahkan suasana
"hallo"
"knapa pa?" tanya gue
"ha? trus aku sama ko morgan gimana?"
"emang gak bisa kalo kalian ngak stay di sana?"
"ha? tiap bulan papa kirim uang? pa ngak ... "
"terserah kalian deh" gue pun menutup pembicaraan gue dengan papa dengan emosi tingkat tinggi. papa dan mama yang selalu membuang waktu mereka untuk urusan pekerjaan mereka setiap hari, dan sekarang? mereka bilang mau stay di london? gimana coba gue sama ko morgan? siapa yang bakal urusin kita? kenapa pekerjaan selalu di nomor satu kan?!
"dari papa mama?" tanya ko morgan yang berjalan ke arah gue
"iye" jawab gue sinis
"yaudahlah, mau diapain lagi kalo emang kerjaan mereka disana" jawab ko morgan
"mreka udah kasih tau koko? kenapa gak kasih tau gue?"
"mereka bilang mau kasih tau lu sendiri" jawab ko morgan lalu duduk di samping gue
"kenapa sih? gak di rumah, di luar , di mana-mana mereka selalu pentingin kerjaan mereka, gak mikirin anak-anaknya apa?!" keluh gue
"itu kan demi kebaikkan lu sama gue juga" jawab ko morgan
"emang gak bisa apa mereka kasih waktu buat kita sedikit aja? apa-apa kerjaan, apa-apa kerjaan, di rumah aja susah buat ketemu mereka, dan sekarang mereka mau stay di london?!"
"mereka kan kerja buat kita, coba kalo mereka gak kerja, apa bisa kita sekolah?! "
"tapi kan gak ....... "
gue pun memberhentikan omongan gue, setelah mendengar handpone gue berbunyi dan ternyata itu adalah telpone dari tante ita
"hallo " ujar gue
"haloo, aliena? kamu bisa ke rumah sakit sekarang?" tanya tante ita dengan suara mendesak
"kenapa tante?"
"niki al, dia dari tadi marah-marah , ngak tau kenapa. dia pecahin barang-barang di kamarnya, trus dia bilang dia gak mau ketemu siapa-siapa sebelum ketemu kamu, bahkan tante , om  sama reza juga di usir sama dia"
"apa? yaudah tante, tante tunggu bentar, aku jalan ke sana sekarang" ujar gue, gue pun segera beranjak masuk kedalam mobil,dengan cepat gue mengendarai mobil gue ke arah rumah sakit, tak lama gue pun menginjak lobby rumah sakit, gue pun berlari ke arah kamar niki dan bertemu tante ita, om rangga dan reza
"kenapa niki?" teriak gue dari arah kejahuan
"kita semua juga gak tau, dia dari tadi cuman mau ketemu lu doang" ujar reza
"nik, please kamu masuk sekarang" ujar om rangga
gue pun membuka pintu kamar niki, gue pun kaget melihat barang-barang berserakan di lantai, dan niki yang duduk di lantai sambil menangis
"siapa itu?! keluar! gue cuman mau ketemu sama aliena!" triak niki sambil mengeluarkan air mata
"nik, ini gue, ini gue aliena , lu kenapa?" tanya gue sambil berlutut di hadapan niki, niki pun langsung memeluk gue erat sambil menangis deras
"nik lu kenapa? cerita sama gue lu kenapa? " tanya gue lembut
"gue mau pergi al dari sini, please bawa gue pergi "
"nik, lu sakit, lu masih dalam perawatan, gue janji kalo lu sembuh, gue bakal bawa lu pergi dari sini"
"gue, gue muak al sama tempat ini, gue bosen, gue cape , gue .. gue muak sama alat-alat di rumah sakit ini, gue pengen bebas, gue pengen ngerasain angin luar, gue pengen kita ke villa al, gue pengen kita have fun kayak dulu, please " ujar niki sambil menangis dan terus memohon kepada gue
"nik, gue gak mau lu tambah sakit, lu harus di rawat nik, gue mau yang terbaik buat lu" ujar gue
"al, asal lu tau aja yah, yang terbaik buat gue saat ini itu adalah keluar dari tempat ini, dan gue mau menikmati liburan gue, itu aja al, itu udah lebih dari cukup buat gue" niki pun terus menggoyang-goyangkan badan gue yang sama skali tidak menjawab niki
"al, waktu gue udah gak lama lagi, gak ada yang bisa bikin gue bahagia selain pergi ke villa"
"nik, asal lu tau, hal paling bahagia itu adalah saat dimana kita selalu deket sama orang tua kita. nik, lu harusnya bahagia, lu punya orang tua yang memberikan semua perhatian mereka buat lu, mereka setia nemenin lu nik"
"please al, gue bener-bener mau ke villa, gue udah terlalu banyak ngehabisin waktu gue sama nyokap bokap gue, dan sekarang gue mau ngehabisin waktu gue sama lu "
gue pun tidak dapat menahan air mata gue saat niki bicara seperti itu, dan gue gak tega melihat keadaan niki saat ini
"okay, kita pergi ke villa, gue ajak reza juga yah, biar dia bisa jaga lu juga" ujar gue, niki pun langsung memeluk gue erat, gue pun segera keluar untuk memberitahukan keadaan niki sekarang , dan permintaan niki, orang tua niki pun mengiyakan, mereka mau yang terbaik buat niki.
tak terasa malam pun mengahmpiri, sekarang sudah jam 8 malam, gue pun pamit dari rumah sakit, dan  beranjak pergi ke suatu bar di dekat rumah sakit itu, gue merasa malas untuk pulang melihat keadaan rumah yang nampak tidak ada penghuninya tersebut
"kenpa? kenapa nyokap bokap gue gak kayak orang tua niki? yang selalu setia sama niki, selalu ada buat niki, selalu bisa menuhin semua permintaan niki? kenapa orang tua gue selalu pikir kerjaan mereka? selalu mentinggin klien mereka dibanding anaknya sendiri?" gue pun mengeluh dalam hati sambil meminum segelas beer
"aliena?"
"dicky? ngapain?" tanya gue bingung yang melihat dicky sudah ada di hadapan gue
"gue emang sering ke sini, eh tunggu tunggu .. lu mabok?" tanya dicky bingung
"ngak kok, gue gak mabok" ujar gue sambil menuangkan beer dan meminumnya
"itu muka lu udah kayak gitu, ada masalah lagi?"
gue pun akhirnya menceritakan masalah orang tua gue dan masalah niki yang menjadi faktor kenapa gue memutuskan untuk minum, gue pun meminum bergelas-gelas beer dan tiba-tiba perut gue merasa panas dan mual
"uee "
"al? lu kenapa? lu mau muntah? lu mau kemana?" triak dicky
 gue pun menahan mulut gue yang ingin mengeluarkan sesuatu dan langsung pergi ke toilet tanpa menjawab dicky. gue pun mengeluarkan isi perut gue ke dalam wastafel di depan toilet, gue memuntahkan beer gue kembali dan tiba-tiba pandangan gue hilang, putih dan gue tak sadarkan diri

gue membuka mata dengan pandangan kabur, perut gue sakit, melebihi sakit perut biasanya, pandangan gue kabur, kepala gue terasa berat dan badan gue lemas sekali
"a .. ko , .. ko morgan, sakitt " ujar gue dengan suara yang tidak stabil
"al? udah sadar?" tanya ko morgan yang datang bersama rafael
"sakit ,, perut gue, kepala gue "
gue pun merasa mulut gue ingin memuntahkan sesuatu , gue pun beranjak ke toilet dan memuntahkan isi perut gue di wastafel
"lo minum kemaren?!" tanya rafael
"apaan sih" jawab gue sinis
"keamren dicky yang bawa lu pulang, dia bilang lu mabok, lu muntah trus lu pingsan" bentak ko morgan
"kenapa sih lu jadi kayak gini? " sambung ko morgan
"yaudah sih gue ini yang mabok"
"lu gila ye?! lu tuh cewe, sendirian , mabok, malem-malem di bar, coba gak ada dicky!" triak ko morgan
"apaan sih, apa urusannya? ada yang masih peduli sama gue?! gak ada!" triak gue
tak berapa lama, tangan ko morgan melandas di pipi kanan gue dengan keras
"gan! sabar! gak gini caranya ! " rafael pun membentak ko morgan
"lo! gue tuh koko lu dan gue perduli sama lo! jangan karna mama papa stay di london, lu bisa bilang kalo mereka gak perduli sama lo!" triak ko morgan lalu pergi dari kamar gue
air mata pun mengalir di pipi gue, ko morgan? nampar gue? koko kandung gue? koko yang selalu gue dambakan?
"al " ujar rafael
"apa? lu mau tampar gue? iya? lu mau marah-marah sama gue lagi? silahkan ! gue siap lahir batin" triak gue ke arah rafael
"al, gue ... "
gue pun memotong pembicaraan rafael, gue pun memeluk dia erat, jujur gue gak tahan sama semua ini, kenapa hidup gue jadi berubah 360 derajat?
"al, morgan tuh cuman mau yang terbaik aja buat lu, dia sayang sama lu dan dia gak mau lu jadi kayak gitu" ujar rafael
dan mungkin gue baru sadar, yang kita pikir terbaik buat kita itu, belum tentu adalah yang terbaik buat kita, bahkan yang terbaik menurut orang lain itu mungkin adalah yang terbaik buat kita

follow me klik here

Tidak ada komentar: